Pembaca yang berbahagia, kali ini kita berjumpa dalam rubrik tentang iman dan taqwa, dan pada kesempatan kali ini kita akan mengambil faidah dari tafsir surat At-Tholaq ayat 3-4, namun sebelum itu, alangkah baiknya kita mengetahui apa itu Iman dan apa itu taqwa.
Pembaca yang berbahagia, sering kali kita mendengar kata taqwa, bahkan kata taqwa tersebut sering dijadikan dasar atau pijakan untuk melakukan suatu perbuatan, Banyak orang yang mengatakan “Jadilah pribadi yang bertaqwa” atau dalam setiap khutbah jum’at para khatib sering mewasiatkan agar senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita,, Tapi tidak semua orang mengetahui makna yang sebenarnya dan apa yang akan diperoleh dari sebuah ketaqwaan yang tertanam dalam diri kita, sehingga tidak pernah mau berusaha untuk mencapai jalan yang bisa mendorong pada ketaqwaan tersebut.
Pada prinsipnya, iman adalah syarat sedangkan taqwa adalah tujuan. Kedudukan iman sebagai syarat menunjukkan bahwa kewajiban (contoh melaksanakan ibadah puasa hanya dapat disahuti melalui wadah keimanan ini). Mengingat bahwa nilai-nilai iman berfluktuasi maka sudah pasti nilai-nilai puasa juga demikian. Oleh karena itu, melalui wadah iman ini pulalah maka tujuan dari puasa yaitu menuju jenjang taqwa sangat mudah direalisasikan. Iman dan taqwa merupakan dua sisi mata uang yang sangat sulit untuk dipisahkan dan bahkan kedua-duanya saling membutuhkan. Dengan kata lain, jenjang taqwa tidak akan pernah terwujud bila tidak diawali dengan keimanan dan keimanan itu sendiri tidak akan memiliki nilai apa-apa bila tidak sampai ke derjat ketaqwaan.
Adapun Pembaca yang berbahagia, keutamaan taqwa sangatlah banyak, dan salah satu buah taqwa adalah termasuk penyebab turunnya rizki dari Alloh Tabaraka wa Ta’ala,, Inilah salah satu keutamaan yang tidak pernah disadari oleh setiap insan,,
Perpaduan antara iman dan taqwa ini adalah kemuliaan sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. Oleh karena itu, Al-Qur'an dengan tegas menyebutkan bahwa manusia yang paling mulia di sisi Alloh adalah orang-orang yang paling taqwa. Predikat kemuliaan ini sangat ditentukan oleh kualitas taqwa, semakin tinggi tingkat ketaqwaan seseorang maka semakin mulia pula kedudukannya pada pandangan Alloh. Perpaduan antara iman dan taqwa ini tidak akan terjadi secara otomatis karena iman memiliki persyaratan untuk menuju nilai kesempurnaannya. Persyaratan ini dapat dilihat melalui aturan-aturan yang diberlakukan kepada iman yaitu memadukan keyakinan dengan perbuatan. Tanpa melakukan perpaduan ini maka iman akan selalu bersifat statis karena berada pada tataran ikrar tidak pada tataran aplikasi. Oleh karena itu, maka kata 'iman' selalu digandeng dalam Al-Qur'an dengan amal shaleh (amanu wa 'amilu alshalihat) supaya keberadaan iman terkesan lebih energik.
Penggandengan kata 'iman' dengan perbuatan baik ini menunjukkan adanya upaya-upaya khusus yang harus dilakukan untuk menjaga keeksisan iman itu sendiri. Perlunya upaya khusus ini karena posisi manusia masih sangat labil jika masih berada pada level iman. Untuk menguatkan posisi ini maka orang-orang yang beriman diperintahkan untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik untuk menuju kestabilan. Adapun yang dimaksud dengan taqwa ialah kemampuan diri menjaga perpaduan ini secara kontiniu sesuai makna dasar dari kata taqwa itu sendiri yaitu 'menjaga'. Dengan demikian, maka sifat taqwa merupakan benteng untuk menjaga aturan-aturan Alloh supaya posisi iman tidak lagi berada dalam kelabilan. Kunci sukses yang ditawarkan Al-Qur'an untuk menghindari kelabilan ini ialah dengan melakukan perbuatan-perbuatan baik.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Alloh sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah. Ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah ini menekankan agar kehadiran ibadah jangan dijadikan sebagai beban tapi harus dijadikan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain, pelaksanaan ibadah adalah sebagai media untuk menggiring seorang mukmin menuju tingkat muttaqin.
Dalam Al-Qur'an dijumpai beberapa perintah kepada orang-orang yang beriman agar bertaqwa kepada Alloh sebagaimana disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah 278, Ali 'Imran 102, al-Maidah 35, al-Taubah 119, al-Ahzab 70, al-Hadid 28 dan al-Hasyr 18. Perintah-perintah ini mengindikasikan bahwa iman belum mencapai kesempurnaannya tanpa mendapatkan nilai taqwa. Berdasarkan hal ini maka orang-orang yang beriman harus cerdas mencari mediator yang cocok untuk dijadikan jembatan menuju taqwa. Al-Qur'an telah memberikan bimbingan kepada orang-orang Mukmin bahwa mediator yang paling efektif untuk memfasilitasi hubungan iman dengan taqwa adalah ibadah. Ayat-ayat yang berkaitan dengan ibadah ini menekankan agar kehadiran ibadah jangan dijadikan sebagai beban tapi harus dijadikan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain, pelaksanaan ibadah adalah sebagai media untuk menggiring seorang mukmin menuju tingkat muttaqin.
Para ulama rahimahullah telah mejelaskan apa yang dimaksud dengan taqwa,, Di antaranya, Imam Ar-Raghib Al-Asfahani mendenifisikan sebagaimana yang terdapat dalam kitab (Al-Mufradat Fi Gharibil Qur’an, hal,, 531): “Taqwa yaitu menjaga jiwa dari perbuatan yang membuatnya berdosa, dan itu dengan meninggalkan apa yang dilarang, dan menjadi sempurna dengan meninggalkan sebagian yang dihalalkan”
Sedangkan Pembaca yang berbahagia, dalam kitab (Tahriru AlFazhil Tanbih, hal,, 322),
Imam An-Nawawi mendenifisikan taqwa dengan “Menta’ati perintah dan larangan-Nya”,, Maksudnya menjaga diri dari kemurkaan dan adzab Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Hal itu pun yang didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani dalam (Kitabut Ta’rifat, halaman,, 68) bahwa “Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Alloh dengan menta’ati-Nya,, Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya”
Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang yang bertaqwa, Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Alloh, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Alloh, atau mengambil dengan kedua tangannya apa yang tidak diridhai Alloh, atau berjalan ke tempat yang dikutuk Alloh, berarti ia tidak menjaga dirinya dari dosa.
Hal itu pun yang didefinisikan oleh Imam Al-Jurjani dalam (Kitabut Ta’rifat, halaman,, 68) bahwa “Taqwa yaitu menjaga diri dari siksa Alloh dengan menta’ati-Nya,, Yakni menjaga diri dari pekerjaan yang mengakibatkan siksa, baik dengan melakukan perbuatan atau meninggalkannya”
Karena itu siapa yang tidak menjaga dirinya dari perbuatan dosa, berarti dia bukanlah orang yang bertaqwa, Maka orang yang melihat dengan kedua matanya apa yang diharamkan Alloh, atau mendengarkan dengan kedua telinganya apa yang dimurkai Alloh, atau mengambil dengan kedua tangannya apa yang tidak diridhai Alloh, atau berjalan ke tempat yang dikutuk Alloh, berarti ia tidak menjaga dirinya dari dosa.
Jadi Pembaca yang berbahagia, orang yang membangkang perintah Alloh serta melakukan apa yang dilarang-Nya, dia bukan termasuk orang-orang yang bertaqwa,, Orang yang menceburkan diri ke dalam maksiat sehingga ia pantas mendapat murka dan siksa dari Alloh, maka ia telah mengeluarkan dirinya dari barisan orang-orang yang bertaqwa.
Beberapa nash yang menunjukkan bahwa taqwa termasuk di antara sebab rizki,, mari kita perhatikan firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala dalam qur’an surat ath-tholaq ayat ke 2-3:
...وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَّهُ مَخْرَجًا وَيَرزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَيَحْتَسِبُ…
“Barangsiapa bertaqwa kepada Alloh, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka,,” (At-Thalaq: 2-3)
“Barangsiapa bertaqwa kepada Alloh, niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar baginya dan memberinya rizki dari arah yang tidak disangka-sangka,,” (At-Thalaq: 2-3)
Pembaca yang budiman, dalam ayat ini, Alloh menjelaskan bahwa orang yang merealisasikan taqwa akan dibalas Alloh dengan dua hal.:
Pertama, “Alloh akan mengadakan jalan keluar baginya” Artinya, Alloh akan menyelamatkannya sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas RadhiyAllohu ‘anhuma, dari setiap kesusahan dunia maupun akhirat , Ar-Rabi’ bin Khutsaim berkata: “Dia memberi jalan keluar dari setiap apa yang menyesakkan manusia”
Kedua, “Alloh akan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka”,, Artinya, Alloh akan memberi rizki yang tak pernah ia harapkan dan angankan.
Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengatakan: ”Maknanya, barangsiapa yang bertaqwa kepada Alloh dengan melakukan apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya, niscaya Alloh akan memberinya jalan keluar serta rizki dari arah yang tidak disangka-sangka, yakni dari arah yang tidak pernah terlintas dalam benaknya”, demikianlah Pembaca yang budiman, beberapa penjelasan dari mufassir tentang ayat tersebut, dan tentunya kita harus meyakini kebenaran Janji Alloh Subhanahu Wata’ala tersebut, mudah-mudahan kita semua dapat menjadikan diri kita bertaqwa kepada Alloh Subhanahu wa’ala. Sampai di sini perjumpaan kita dalam rubrik tafsir ayat-ayat taqwa, sampai jumpa di lain kesempatan.
Wassalamu’alaikum
5 komentar:
Nama :Ade Irfan farhan hidayat
Kelas :9D
assalamualikum,,
subhanallah allah menambahkan rizkynya kepada orang orang yang beriman dan bertaqwa
karena allah maha pemurah dan maha penyayang
Nama : farhan dzulkifli n
Kelas : IX-B
sebagai umat islam dalam mencari rizki harus dengan iman yang kuat dan bertaqwa..
Nama : Lilis Siti Solihah
Kelas: IX E
Kita sebagai umat islam harus meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah, karena sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi allah adalah orang yang paling bertaqwa.
Nama : Maya Nurasiyah
Kelas : IX-C
jika kita beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT, maka Allah akan menyelamatkan kita dari setiap kesusahan di dunia maupun di akhirat kelak.
Nama : Ardeliani.R
Kls : IX-C
Subhanallah..
Allah sungguh maha penyayang dan maha pengasih buktinya Dia memeberi jalan keluar dari semua yang menyesakan orang yang bertaqwa kepada-Nya.
Posting Komentar